Rabu, 09 Maret 2011

Sukacita karena ditemukan

Sukacita karena ditemukan

› saat teduh
↓ Skip to comments

Baca: Lukas 15:1-10

Pernahkah Anda kehilangan sesuatu yang sangat berharga? Orang yang kehilangan sesuatu yang sangat berharga pasti akan merasa sedih. Namun sedih akan berganti suka bila barang itu ditemukan kembali sesudah dicari-cari. Itulah gambaran yang dipakai Tuhan Yesus untuk melukiskan sukacita surga yang terjadi apabila ada orang berdosa yang bertobat.

Perumpamaan tentang domba yang hilang (1-7) dan dirham yang hilang (8-10) memperlihatkan bagaimana pemilik domba dan pemilik dirham tidak tinggal diam ketika satu dari antara beberapa milik mereka hilang. Fokus perhatian pemilik domba saat itu adalah seekor yang hilang, bukan sembilan puluh sembilan ekor yang lain. Begitu pula dengan pemilik dirham. Perhatiannya tertuju pada satu dirham yang lenyap dari antara sembilan dirham yang masih tersisa. Padahal domba adalah hewan yang mudah tersesat dan begitu sulit menemukan jalan mereka. Dirham pun tidak mudah dicari karena kecil dan masa itu belum ada lantai yang menggunakan keramik, teraso, tegel, atau pualam berwarna terang yang akan memudahkan pencarian. Maka betapa bersukacitanya pemilik domba dan pemilik dirham ketika jerih lelah mereka menunjukkan hasil. Apa yang mereka cari dapat ditemukan.

Kedua kisah itu melukiskan sikap Bapa terhadap orang berdosa. Ia tidak hanya berhenti pada kemarahan dan keadilan-Nya. Ia justru berinisiatif mencari mereka karena Ia menginginkan mereka kembali kepada Dia.

Itulah yang dilakukan Yesus di dunia ini. Dia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang. Dialah jalan bagi orang yang terhilang untuk dapat datang kepada Bapa. Dan karya Allah di dalam Yesus itu kemudian dilanjutkan oleh murid-murid-Nya.

Untuk kita, murid Kristus di zaman ini, berlaku tugas yang sama. Kita perlu mencari “domba’ dan “dirham’ yang hilang. Kita harus menunjukkan kepada mereka jalan kepada Allah melalui Yesus, agar sukacita yang besar terjadi di surga karena satu orang yang hilang telah diketemukan kembali. Karena satu orang berdosa telah bertobat dan datang kepada Bapa.

Kebaikan yang sungsang

Kebaikan yang Sungsang

› saat teduh
↓ Skip to comments

– Diambil dari bacaan e-RH (www.renunganharian.net), EDISI 9 Maret 2011 –

Baca: Amos 5:7-15
Ayat Mas: Bencilah yang jahat dan cintailah yang baik; dan tegakkanlah keadilan di pintu gerbang; mungkin TUHAN, Allah semesta alam, akan mengasihani sisa-sisa keturunan Yusuf. Amos 5:15
Bacaan Alkitab Setahun: Yosua 16-18

Sungsang adalah istilah yang sering dipakai untuk menggambarkan posisi bayi yang terbalik saat menjelang kelahirannya. Pada posisi normal, kepala bayi berada di bawah dan pantatnya di bagian atas. Pada posisi sungsang, posisi kepala bayi ada di atas sedangkan pantatnya di bawah. Sungsang artinya sesuatu yang seharusnya benar, tetapi kenyataannya berkebalikan.

Kondisi sungsang ini pun terjadi pada kehidupan umat Israel pada zaman Amos.  Kebaikan diputarbalikkan. Kejahatan dianggap sebagai kebaikan (ayat 7). Orang kaya menginjak-nginjak orang miskin. Orang yang berkuasa menindas orang-orang tak berdaya. Teguran dari orang lain dianggap sepi dan orang yang menegur pun dibenci. Lalu, semua kejahatan yang mereka lakukan dianggap benar menurut pandangan mereka sendiri. Bahkan dengan enteng dan tanpa merasa berdosa, mereka tetap berani merayakan upacara keagamaan seperti memberi persembahan korban bagi Allah (ayat 21,22).
Dalam kondisi kejahatan yang seperti ini, Allah mengutus Amos—seorang peternak, orang biasa bukan politikus atau pejabat—untuk menegur kejahatan penguasa-penguasa Israel saat itu. Allah tidak mau kebenaran diputarbalikkan. Allah memperingatkan agar mereka segera bertobat dari kejahatan mereka dan tidak lagi meng¬anggap kejahatan sebagai kebaikan supaya mereka terhindar dari murka Allah (ayat 14, 15).

Allah tidak pernah tinggal diam ketika kebaikan di dunia ini diinjak-injak. Oleh sebab itu, mari dengarkan nasihat Allah hari ini: Bencilah yang jahat. Cintailah kebaikan. Tegakkanlah keadilan.

KEBENARAN DAN KEBAIKAN AKAN SELALU DITEGAKKAN DI HADAPAN TUHAN

Mendayagunakan Potensi Yang Ada

Mendayagunakan Potensi Yang Ada

› saat teduh
↓ Skip to comments

- Diambil dari Renungan Gereja Kristen Yesus Jemaat Green Ville -

Bacaan Alkitab hari ini: 1 Raja-raja 7

Kekuatan dan kemampuan diri sendiri itu pasti ada batasnya, oleh sebab itu kita perlu melibatkan dan mendayagunakan potensi yang ada pada diri orang lain untuk melakukan karya Tuhan dalam dunia.

Sekalipun dalam kemegahan dan kepandaiannya sebagai seorang raja yang berhikmat, namun Salomo tetap menyadari ada bagian-bagian tertentu yang tidak bisa dia kerjakan berdasarkan hikmat dan kemampuannya. Dalam penyelesaian pembangunan rumah Tuhan, khususnya mengenai perlengkapan dan perabotnya, maka Salomo mendatangkan dari Tirus, seorang pekerja logam yang ahli dan punya pengertian serta pengetahuan untuk melakukan segala pekerjaan tembaga, yang bernama Hiram (7:13-14). Dengan penuh kepercayaan, Salomo mempercayakan segala pekerjaan itu kepada Hiram. Dan atas kepercayaan yang diberikan oleh Salomo kepadanya, Hiram pun mengerjakan semua pekerjaan dengan sebaik dan yang terbaik yang dia bisa. Walaupun tentu saja dalam mengerjakan perabot-perabot Bait Suci, seperti contohnya bejana atau laut tembaga yang menurut para arkeolog beratnya antara dua puluh lima dan tiga puluh ton, dia tetap saja membutuhkan banyak tenaga kerja orang lain. Hal ini menegaskan bahwa sepandai-pandainya dan sehebat-hebatnya manusia, tetap ia adalah manusia yang terbatas dan punya kekurangan.

Oleh sebab itu mari kita belajar untuk melihat potensi yang ada pada diri kita dan diri orang lain, menghargainya dan mendaya-gunakannya, agar bisa sama-sama dipakai bagi perluasan pekerjaan Tuhan di tengah-tengah dunia ini. [JS]

1 Raja-raja 7:40b
“Demikianlah Hiram menyelesaikan segala pekerjaan yang harus dilakukannya bagi raja Salomo di rumah TUHAN”.

Kalkulasi dulu

Kalkulasi dulu

› saat teduh
↓ Tinggalkan komentar

Baca: Lukas 14:25-35

Di dalam dunia bisnis, kalkulasi merupakan hal yang mutlak dilakukan. Orang harus berhitung dahulu, apakah bidang usaha yang akan dijalankan akan mendatangkan keuntungan setelah ia harus mengeluarkan modal sedemikian banyak.

Ternyata bukan bidang bisnis saja yang perlu kalkulasi. Mengikut Yesus pun perlu kalkulasi, karena ada harga yang harus dibayar! Mengikut Yesus mengharuskan orang mempersilakan Yesus menguasai seluruh “teritorial’ hidupnya. Menjadi murid Yesus menuntut orang menempatkan Yesus di atas kepentingan, kepemilikan (33), keluarga, maupun diri sendiri (26).Menjadi murid Yesus juga berarti pikul salib (27). Salib bicara mengenai penderitaan dan kesengsaraan. Tidak ada orang yang memikul salib sambil tersenyum dan melambaikan tangan.

Nyata bahwa menjadi murid Yesus bukanlah perkara remeh. Sebab itu Yesus menganjurkan orang untuk mengalkulasi terlebih dahulu semua konsekuensi yang harus dipikul bila orang ingin menjadi murid-Nya (28-32). Alangkah memalukan bila orang mau menjadi murid Kristus, tetapi tidak mampu menyelesaikan tugas sebagai pengikut Dia.

Lalu kenapa orang bisa gagal? Sebab ia menempatkan kepentingan, kepemilikan, keluarga, atau diri sendiri di atas Yesus. Yesus bukan lagi yang terutama di dalam hidupnya. Dan orang yang tidak teguh dalam komitmennya mengikut Kristus sama seperti orang yang membangun menara, tetapi tidak dapat menyelesaikannya karena ia tidak mengalkulasi terlebih dahulu. Atau seperti raja yang tidak menang perang karena tidak mengalkulasi jumlah prajuritnya dan prajurit lawan. Orang-orang semacam ini hanya akan menjadi bahan tertawaan pihak lain.

Maka ketika memutuskan untuk ikut Kristus, komitmen kita harus teguh sehingga kita tidak menjadi pecundang iman yang berhenti di tengah jalan karena menyerah pada situasi dan kondisi di sekitar kita. Jika demikian, kita sama saja dengan garam yang menjadi tawar (34-35). Tak ada gunanya! Maka teguhlah dalam komitmen dan setialah dalam iman agar kita dapat menyelesaikan tugas kita sampai akhir

Malu ah!

Malu, ah!

› saat teduh
↓ Skip to comments

– Diambil dari bacaan e-RH (www.renunganharian.net), EDISI 8 Maret 2011 –

Baca: Roma 1:16-17
Ayat Mas: Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani. Roma 1:16
Bacaan Alkitab Setahun: Yosua 13-15

Kala berbincang dengan rekan nonkristiani, saya biasa memperkenalkan diri sebagai penulis, penerjemah, dan penyunting—tanpa menyinggung aktivitas pelayanan di gereja. Apabila ditanyai buku apa yang saya tulis, saya cenderung menjawab secara umum, “Macam-macam—ada humor, fiksi, artikel, ulasan film … dan juga renungan.” Saya pun baru menyodorkan kartu pendeta untuk keperluan strategis: mendapatkan diskon biaya sekolah atau ongkos pengobatan. Singkatnya, saya tergolong lebih suka tidak mencerita¬kan identitas iman saya.

Jelas, saya perlu belajar dari Paulus, yang ”tidak malu terhadap Injil” (ayat 16 TBR). Terjemahan Baru LAI menyebutkan, ia mempunyai ”keyakinan yang kokoh dalam Injil”. Ia menyadari betul hakikat dan kekuatan Injil untuk menyelamatkan manusia berdosa. Meskipun menghadapi berbagai penganiayaan dan penindasan, dengan penuh keyakinan ia memberi-takannya setiap kali ada kesempatan. Barangkali ia juga pernah merasa gentar, tetapi hal itu tidak menjadikannya undur. Kepada jemaat di Efesus ia meminta, ”(Berdoalah) juga untuk aku, supaya kepadaku, jika aku membuka mulutku, dikaruniakan perkataan yang benar, agar dengan keberanian aku memberitakan rahasia Injil, yang kulayani sebagai utusan yang dipenjarakan. Berdoalah supaya dengan keberanian aku menyatakannya, sebagaimana seharusnya aku berbicara” (Efesus 6:19,20).

Apakah Anda, seperti saya, mengalami kesulitan dalam bersaksi tentang Injil? Bagaimana kalau kita mencari satu atau beberapa orang saudara seiman, dan saling mendoakan seperti permintaan doa Paulus di atas?

PENGERTIAN AKAN HAKIKAT BERITA INJIL DAPAT MENGUBAH RASA MALU MENJADI KEYAKINAN YANG KOKOH

Giat kerja bagi Yesus

Giat Kerja bagi Yesus

› saat teduh
↓ Skip to comments

- Diambil dari Renungan Gereja Kristen Yesus Jemaat Green Ville -

Bacaan Alkitab hari ini: 1 Raja-raja 6

Hal terindah dalam hidup orang percaya adalah hidup bukan hanya giat kerja bagi diri sendiri, melainkan giat kerja bagi Yesus.

Kecenderungan manusia di awal karier atau kedudukannya pasti akan memberikan waktunya lebih banyak untuk memikirkan hal-hal apa yang akan dan harus dikerjakan bagi perkembangan karier atau kedudukan yang diembannya. Namun tidak demikian halnya dengan Salomo. Pada tahun keempat sesudah Salomo menjadi raja atas Israel, dalam bulan Ziw, yakni bulan yang kedua, maka Salomo mulai mendirikan rumah bagi Tuhan (6:1). Padahal lamanya Salomo memerintah di Yerusalem atas seluruh Israel ialah empat puluh tahun (11:42). Sebenarnya masih ada waktu yang panjang bagi Salomo untuk mendirikan rumah Tuhan. Dia bisa saja melakukan perbaikan sistem pemerintahan terlebih dahulu ataupun melakukan perluasan terhadap kerajaannya. Gencar melakukan kunjungan persahabatan dengan kerajaan-kerajaan tetangga, agar tercipta hubungan yang harmonis ataupun melakukan karya yang bisa menimbulkan simpati rakyat Israel kepadanya. Namun yang dicatat Alkitab mengenai karya Salomo di awal pemerintahannya, bukanlah terus giat bekerja bagi diri sendiri melainkan giat bekerja bagi pembangunan rumah Tuhan.

Hal-hal apa yang selalu ada dalam benak pikiran kita untuk kita kerjakan. Apakah kita terlalu sibuk memikirkan dan mengerjakan hal-hal seputar diri kita saja, ataukah kita mulai belajar untuk memikirkan Tuhan dan mengerjakan pekerjaan-Nya dalam perjalanan kita mengiring Dia. Teruslah Giat Kerja bagi Yesus. [JS]

1 Raja-raja 6:1
“Dan terjadilah… pada tahun keempat sesudah Salomo menjadi raja atas Israel, dalam bulan Ziw, yakni bulan yang kedua, maka Salomo mulai mendirikan rumah bagi TUHAN”

Senin, 07 Maret 2011

Tepatkah prioritas anda?

Tepatkah prioritas Anda?

Senin, 7 Maret, 2011 › saat teduh
↓ Tinggalkan komentar

Baca: Lukas 14:12-24

Kepedulian kepada orang yang terpinggirkan sesungguhnya mewakili   kepedulian Allah kepada mereka. Itulah tanda kesejatian anak-anak Tuhan!

Perumpamaan yang Tuhan Yesus berikan hendak membongkar kepalsuan   orang-orang yang merasa dirinya adalah umat Allah, tetapi sesungguhnya   tidak memberi respons yang sepadan dengan keumatan sejati. Merekalah   yang diumpamakan sebagai para undangan yang ternyata memberi respons   yang mengecewakan tuan rumah!

Dua undangan pertama memberikan alasan yang sangat masuk akal dalam   konteks sosial budaya pada waktu itu (18-19). Para undangan ini perlu   segera memastikan bahwa apa yang mereka dapatkan benar-benar sesuai   dengan transaksi yang telah mereka lakukan. Pilihan mereka untuk   mengabaikan undangan adalah masalah prioritas. Bagi mereka, tidak   mengalami kerugian materi lebih penting ketimbang membina relasi   kekerabatan dan persahabatan. Demikian juga dengan undangan yang ketiga,   yaitu pasangan pengantin baru (30). Padahal mereka sudah menyatakan   komitmen mereka untuk hadir. Sekali lagi, ini memang masalah prioritas.

Namun perumpamaan ini belum selesai. Tuhan Yesus melanjutkannya   dengan menceritakan tindakan sang tuan rumah selanjutnya. Bagi tuan   rumah “the show must go on’, artinya perjamuan harus terus berlangsung.   Maka undangan pun dibuka kepada khalayak ramai di kota (21), bahkan   kepada siapa pun yang ada di lintasan di luar kota (23). Siapa saja   boleh datang! Ini selaras dengan perikop sebelumnya, yaitu mereka yang   dianggap “tidak layak’ justru beroleh kesempatan menerima undangan Allah   (12-14).

Undangan Tuhan Yesus tidak pernah dipaksakan kepada siapa pun. Ayat   23 boleh dimengerti sebagai ajakan persuasif yang akhirnya direspons   positif. Undangan Tuhan Yesus diberikan dengan dorongan penuh kasih.   Namun setiap orang harus merespons dengan memberikan prioritas kepada   undangan ini. Apakah kita sudah merespons undangan Tuhan Yesus tersebut   dengan prioritas yang tepat?

Dikutip dari Santapan Harian. Hak Cipta : Yayasan Persekutuan   Pembaca Alkitab. Isi Santapan Harian lainnya seperti pengantar kitab,   artikel ringkas, sisipan, dlsb. dapat diperoleh dengan membeli buku   Santapan Harian dari Yayasan PPA: Jl. Pintu Air Raya No 7 Blok C4,   Jakarta 10710, ph:3442461-2; 3519742-3; Fax: 344972; email:   ppa@ppa.or.id. Informasi lengkap : PPA di: http://www.ppa.or.id.